HealthcareUpdate News

Lonjakan COVID-19 di Asia Tenggara, Indonesia Perketat Antisipasi Cegah Gelombang Baru

Lonjakan kasus COVID-19 terjadi di Thailand dan Singapura, memicu kewaspadaan regional. Pemerintah Indonesia mulai mengetatkan langkah antisipatif untuk mencegah penyebaran virus masuk ke dalam negeri.

Di tengah suasana libur panjang dan mobilitas masyarakat yang kembali tinggi, kekhawatiran baru muncul di sejumlah negara Asia. Thailand dan Singapura melaporkan lonjakan signifikan kasus COVID-19 sejak awal Mei 2025, memicu kewaspadaan kawasan, termasuk Indonesia.

Di Thailand, Kementerian Kesehatan Negeri Gajah Putih mengungkapkan adanya peningkatan kasus COVID-19 hingga 34.000 kasus dalam dua minggu terakhir. Sebanyak 82% di antaranya merupakan infeksi ulang, dengan subvarian JN.1 dan KP.2 dari Omicron yang mendominasi. Sementara itu, Singapura mencatat lonjakan kasus menjadi 25.900 dalam sepekan terakhir—dua kali lipat dibanding minggu sebelumnya.Kewaspadaan terhadap ancaman gelombang baru COVID-19 meningkat di kawasan Asia Tenggara. Dua negara tetangga Indonesia, Thailand dan Singapura, saat ini mencatat lonjakan kasus secara signifikan yang didorong oleh penyebaran subvarian baru dari Omicron, termasuk JN.1 dan KP.2.

Menurut data Kementerian Kesehatan Thailand, lebih dari 34.000 kasus tercatat dalam dua minggu terakhir, sementara Singapura mengalami lonjakan lebih dari 25.900 kasus hanya dalam sepekan—dua kali lipat dari minggu sebelumnya. Kebanyakan kasus didominasi oleh infeksi ulang, dengan sebagian besar pasien mengalami gejala ringan hingga sedang.

Kondisi ini mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah preventif. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa pihaknya telah mengaktifkan pemantauan ketat di bandara dan pelabuhan internasional, termasuk penggunaan kembali thermal scanner serta pemeriksaan dokumen kesehatan bagi pelaku perjalanan dari luar negeri.

“Kami terus berkoordinasi dengan WHO dan otoritas kesehatan negara tetangga untuk memantau penyebaran subvarian baru ini. Langkah pencegahan di titik masuk negara sudah kami tingkatkan,” ujar Budi Gunadi Sadikin, Selasa (21/5), dalam konferensi pers di Jakarta.

Hingga 20 Mei 2025, Indonesia mencatat kasus mingguan di bawah 1.000 dan angka kematian harian di bawah lima, menurut laporan resmi dari Kementerian Kesehatan RI. Meski masih terkendali, ancaman gelombang baru tetap diwaspadai, terutama menjelang musim libur sekolah dan potensi arus balik masyarakat dari luar negeri.

Read More  Jalan Kaki Bisa Bantu Cegah Kanker, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk kembali mengenakan masker di tempat umum, terutama ruang tertutup dan transportasi publik. Selain itu, stok vaksin booster telah disiapkan dan tersedia di fasilitas layanan kesehatan.

“Kita sudah punya pengalaman panjang menangani pandemi. Tapi sekarang tantangannya adalah menjaga agar jangan sampai kita lengah,” ujar Budi Gunadi.

Epidemiolog Universitas Indonesia, dr. Pandu Riono, turut menyarankan pendekatan berbasis risiko: peningkatan skrining di bandara, sosialisasi publik tanpa kepanikan, serta percepatan vaksinasi booster.

“Kuncinya adalah mengimbangi mobilitas dengan perlindungan. Vaksinasi, pemantauan kasus, dan kesiapan rumah sakit adalah fondasi utama,” kata Pandu.

Di sisi lain, Kementerian Perhubungan melalui juru bicara Adita Irawati menyatakan belum ada kebijakan pembatasan perjalanan internasional. Namun, koordinasi lintas sektor sedang dilakukan untuk memperkuat protokol perjalanan dan edukasi publik.

“Operator transportasi sudah diinstruksikan untuk menyosialisasikan langkah pencegahan kepada penumpang,” ujarnya.

WHO pun mengingatkan bahwa meski status darurat global telah dicabut, virus COVID-19 masih aktif bermutasi, dan negara-negara diminta tetap waspada, terutama menghadapi subvarian yang lebih menular namun bergejala ringan.

Booster vaksin menjadi perhatian utama. Saat ini, cakupan booster kedua di Indonesia baru mencapai 41%, dengan target 70% pada pertengahan tahun ini. Pemerintah kembali mengajak masyarakat untuk memanfaatkan layanan vaksinasi gratis yang tersedia di puskesmas dan rumah sakit pemerintah.

“Kalau kita ingin tetap produktif tanpa gangguan, vaksinasi dan perilaku hidup bersih sehat harus terus dijaga,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin menutup pernyataannya.

Pemerintah menekankan bahwa situasi belum darurat, namun seluruh elemen masyarakat diminta tetap waspada, disiplin protokol kesehatan, dan aktif menjaga imunitas pribadi, demi mencegah potensi gelombang baru masuk ke Indonesia.

Back to top button